JAKARTA, SPOTSKETSA – Pakar dari Universitas Gadjah Mada (UGM) dr. Gunadi mengatakan, varian baru virus Corona (COVID-19) dari Inggris yang dinamakan VUI 202012/01, menyebar lebih cepat. Bahkan studi menunjukkan, penyebarannya yang cepat akan menyebabkan pasien bertambah dan risiko kematian yang lebih tinggi.
Gunadi, yang merupakan Ketua Pokja Genetik FK-KMK UGM meminta publik agar tetap waspada, dengan menerapkan 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak/menghindari kerumunan), namun tak perlu khawatir berlebihan.
Sebelumnya dilaporkan publik dikagetkan dengan adanya peningkatan jumlah kasus COVID-19 yang signifikan di Inggris, pada Desember ini. Hasil analisis genomik virus Corona menunjukkan adanya sekelompok mutasi atau varian baru pada lebih 50 persen kasus COVID-19 di Inggris tersebut.
“Varian ini dikenal dengan nama VUI 202012/01 (Variant Under Investigation, tahun 2020, bulan 12, varian 01), yang terdiri dari sekumpulan mutasi antara lain 9 mutasi pada protein S (deletion 69-70, deletion 145, N501Y, A570D, D614G, P681H, T716I, S982A, D1118H). Varian baru (501.V2) juga ditemukan secara signifikan pada kasus COVID-19 di Afrika Selatan yaitu kombinasi 3 mutasi pada protein S: K417N, E484K, N501Y,” kata Gunadi, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu (26/12/2020).
Terkait sebaran mutasi virus tersebut, Gunadi menyebutkan, sampai hari ini varian VUI 202012/01 telah ditemukan pada 1,2 persen virus pada database GISAID, dimana 99% varian tersebut dideteksi di Inggris. Selain di Inggris, varian ini telah ditemukan di Irlandia, Perancis, Belanda, Denmark, Australia. Sedangkan di Asia baru ditemukan pada 3 kasus yaitu Singapura, Hong Kong dan Israel.
“PCR untuk diagnosis infeksi COVID-19 mendeteksi kombinasi beberapa gen pada virus Corona, misalnya gen N, gen orf1ab, gen S, dll. Karena varian baru tersebut terdiri dari multipel mutasi pada protein S, maka diagnosis COVID-19 sebaiknya tidak menggunakan gen S, karena bisa memberikan hasil negatif palsu,” ujarnya
Dari 9 mutasi tersebut pada VUI 202012/01, ada satu mutasi yang dianggap paling berpengaruh yaitu mutasi N501Y. Hal ini karena mutasi N501Y terletak pada Receptor Binding Domain (RBD) protein S. RBD merupakan bagian protein S yang berikatan langsung dengan ACE2 receptor untuk menginfeksi sel manusia.
“Mutasi ini diduga meningkatkan transmisi antar manusia sampai dengan 70%. Namun, mutasi ini belum terbukti lebih berbahaya/ganas. Demikian juga, mutasi ini belum terbukti mempengaruhi efektivitas vaksin Corona yang ada,” ucapnya.
Oleh karena itu, peran surveilans genomik (whole genome sequencing) virus Corona menjadi sangat penting dalam rangka identifikasi mutasi baru. Di mana untuk pelacakan (tracing) asal virus tersebut dan dilakukan isolasi terhadap pasien dengan mutasi tersebut.
“Sehingga penyebaran virus Corona bisa dicegah lebih lanjut,” ucapnya. “Masyarakat boleh waspada dengan adanya mutasi baru tersebut, namun tidak perlu disikapi dengan kekhawatiran berlebihan. Masyarakat tetap harus menerapkan 3M,” kata Gunadi.
Sumber : detik.com